entah bagaimana semestinya
ku agungkan fajar senja di ufuk
bila harus menanti sebentuk syair
dalam pukulan gerimis
berlalu lalang, bak ilalang bertebaran
merogoh tangan-tangan kedinginan
dengan sayup mata berbinar
melewati penghabisan potret senja
entah bagaimana seharusnya
ku agungkan kesetiaan di celah-celah senja datang
bila harus menunggu sebait sajak
dalam area pahatan rinai hujan
cuplikan demi cuplikan
berargumen sepadan
tertarik pada putaran senja
yang tak habis menghadirkan kisah
0 komentar:
Posting Komentar